menyapu
halaman.. mungkin bagi sebagaian orang adalah suatu kegiatan yang
terkesan 'biasa saja'..tapi tidak bagiku, ia seringkali merupakan wadah
dan aktifitas yang membawa pikiranku terbang dan menerawang dalam
renungan.. mengenai apa saja, peristiwa kemaren malam, pembicaraan
ringan dengan suami tentang suatu kasus, atau orang2 yang lewat saat aku
asik menyapu.. seperti pagi itu, sedang menikmati sapuan
demi sapuan, lidi yang terkumpul jadi satu ikat itu menggeser daun2 sawo
kering menjadi satu tumpukan.. tiba2 ada sebuah mobil (aku lupa
memperhatikan jenis dan merk apa, yang ku ingat hanya..warnanya silver)
berhenti tepat disebrang jalan depan rumah kami, ku pikir.. mungkin ada
orang yang mau mampir membeli herbal ke toko kami -yang memang terletak
disamping rumah berdempetan dengan kamar anak pertama kami, zaid-
seperti biasanya. seorang laki2 muda keluar dari mobil,
dengan pakaian 'santai banget', celana selutut dan baju kaos tanpa
tangan, mungkin karena hari itu hari ahad..hari orang2 kantoran
menikmati libur dari rutinitas kerja yang mengharuskan mereka pakai
seragam (heh..kenapa juga aku bisa berpikir laki2 itu seorang pekerja
kantoran?.. well bukan itu sebenarnya yang jadi renunganku akhirnya).. akupun
menghentikan aktifitasku ketika melihat laki2 itu menyebrang jalan dan
menghampiri depan halaman rumah kami, dengan sopan ia berkata : "
permisi bu", aku mengangguk "ya..?" aku menjawab, ia pun meneruskan "
maaf, lampunya...sudah siang", ia berjalan ke arah tiang listrik yang
memang berdiri tegak tepat di depan halaman rumah kami.aku kaget,
tertegun sejenak memandangnya berlalu dan membalikkan badan kembali
menuju mobilnya disebrang jalan, setelah sebelumnya aku sempat menyahut
dengan agak mengambang "oh iya, terima kasih.. harinya sudah terang, ga
keliatan kalo lampunya masih nyala..".. laki2 itu berlalu
bersama mobilnya, meneruskan perjalanan yang entah bertujuan kemana,
menyisakan seribu komentar dalam benakku, siapa dia? jangan2 orang PLN
kali ya?...perduli banget dengan listrik.. itu yang pertama kali hinggap
menjadi pertanyaanku, selanjutnya.. diam2 ada rasa malu menyelusup,
Subhanallaah, siapapun dia, aku ternyata telah ketinggalan satu langkah
dalam menerapkan 'menghindari pemborosan'.. kelihatannya mungkin sepele,
tapi tidak ketika ku sapa nuraniku, ia tersipu.. "ah, aku kan memang
tidak tau kalo lampunya masih nyala, biasanya ada suami atau mertuaku
yang mematikannya sembari mereka pulang dari sholat shubuh berjama'ah di
mesjid, atau kadang tetangga depan rumahku menggantikan mereka...tak
pernah terpikir olehku untuk memeriksa tiang listrik, mengamati lampunya
sudah mati atau belum ketika menjelang pagi disaat suami dan mertuaku
sedang keluar kota seperti beberapa hari itu..", sisi hatiku yang lain
mencoba membela diri... intinya, terlepas dari pergumulan
perasaan yang berkecamuk, keheranan bercampur kekaguman atas 'aksi'
dipagi itu, rasanya.. apa yang dilakukan laki2 itu, jauh lebih penting
dan bermakna dibanding demo besar2 an yang beberapa hari itu memang
sedang marak 'di galakkan' bahkan terkesan 'di anjurkan' .. demo yang
bukan hanya banyak mengganggu masyarakat umum, mulai dari kemacetan,
terusiknya ketentraman dan ketenangan, sampai aksi2 anarkis yang berbuah
pengrusakan dan penghancuran fasilitas umum.. aduh aduuuh... ga mikir
apa ya? yang rugi kan kita sendiri, katanya negara udah miskin, makanya
sampe harus naikin harga BBM, lah kalo fasilitas umum dirusak... kan
perlu duit lagi ngebenerinnya..duit dari mana?... ruwet bin ribet banget
yah, njlimet dan mumet.. mending ana terusin nyapu nya.. hari udah
tambah siang.. matahari mulai tambah panas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar