Rabu, 12 Desember 2012

renungan aksi pagi

oleh Ummu Ahla pada 3 April 2012 pukul 13:30 ·
 
menyapu halaman.. mungkin bagi sebagaian orang adalah suatu kegiatan yang terkesan 'biasa saja'..tapi tidak bagiku, ia seringkali merupakan wadah dan aktifitas yang membawa pikiranku terbang dan menerawang dalam renungan.. mengenai apa saja, peristiwa kemaren malam, pembicaraan ringan dengan suami tentang suatu kasus, atau orang2 yang lewat saat aku asik menyapu.. seperti pagi itu, sedang menikmati sapuan demi sapuan, lidi yang terkumpul jadi satu ikat itu menggeser daun2 sawo kering menjadi satu tumpukan.. tiba2 ada sebuah mobil (aku lupa memperhatikan jenis dan merk apa, yang ku ingat hanya..warnanya silver) berhenti tepat disebrang jalan depan rumah kami, ku pikir.. mungkin ada orang yang mau mampir membeli herbal ke toko kami -yang memang terletak disamping rumah berdempetan dengan kamar anak pertama kami, zaid- seperti biasanya. seorang laki2 muda keluar dari mobil, dengan pakaian 'santai banget', celana selutut dan baju kaos tanpa tangan, mungkin karena hari itu hari ahad..hari orang2 kantoran menikmati libur dari rutinitas kerja yang mengharuskan mereka pakai seragam (heh..kenapa juga aku bisa berpikir laki2 itu seorang pekerja kantoran?.. well bukan itu sebenarnya yang jadi renunganku akhirnya).. akupun menghentikan aktifitasku ketika melihat laki2 itu menyebrang jalan dan menghampiri depan halaman rumah kami, dengan sopan ia berkata : " permisi bu", aku mengangguk "ya..?" aku menjawab, ia pun meneruskan " maaf, lampunya...sudah siang", ia berjalan ke arah tiang listrik yang memang berdiri tegak tepat di depan halaman rumah kami.aku kaget, tertegun sejenak memandangnya berlalu dan membalikkan badan kembali menuju mobilnya disebrang jalan, setelah sebelumnya aku sempat menyahut dengan agak mengambang "oh iya, terima kasih.. harinya sudah terang, ga keliatan kalo lampunya masih nyala.."..  laki2 itu berlalu bersama mobilnya, meneruskan perjalanan yang entah bertujuan kemana, menyisakan seribu komentar dalam benakku, siapa dia? jangan2 orang PLN kali ya?...perduli banget dengan listrik.. itu yang pertama kali hinggap menjadi pertanyaanku, selanjutnya.. diam2 ada rasa malu menyelusup, Subhanallaah, siapapun dia, aku ternyata telah ketinggalan satu langkah dalam menerapkan 'menghindari pemborosan'.. kelihatannya mungkin sepele, tapi tidak ketika ku sapa nuraniku, ia tersipu.. "ah, aku kan memang tidak tau kalo lampunya masih nyala, biasanya ada suami atau mertuaku yang mematikannya sembari mereka pulang dari sholat shubuh berjama'ah di mesjid, atau kadang tetangga depan rumahku menggantikan mereka...tak pernah terpikir olehku untuk memeriksa tiang listrik, mengamati lampunya sudah mati atau belum ketika menjelang pagi disaat suami dan mertuaku sedang keluar kota seperti beberapa hari itu..", sisi hatiku yang lain mencoba membela diri...  intinya, terlepas dari pergumulan perasaan yang berkecamuk, keheranan bercampur kekaguman atas 'aksi' dipagi itu, rasanya.. apa yang dilakukan laki2 itu, jauh lebih penting dan bermakna dibanding demo besar2 an yang beberapa hari itu memang sedang marak 'di galakkan' bahkan terkesan 'di anjurkan' .. demo yang bukan hanya banyak mengganggu masyarakat umum, mulai dari kemacetan, terusiknya ketentraman dan ketenangan, sampai aksi2 anarkis yang berbuah pengrusakan dan penghancuran fasilitas umum.. aduh aduuuh... ga mikir apa ya? yang rugi kan kita sendiri, katanya negara udah miskin, makanya sampe harus naikin harga BBM, lah kalo fasilitas umum dirusak... kan perlu duit lagi ngebenerinnya..duit dari mana?... ruwet bin ribet banget yah, njlimet dan mumet.. mending ana terusin nyapu nya.. hari udah tambah siang.. matahari mulai tambah panas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar